
FGD dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012 di Ruang Rapat 332 Gedung A Lt3 Kampus Kementerian Pertanian. Diskusi diikuti oleh sekitar 50 orang dari jajaran eselon I dan II Kementerian Pertanian. Diskusi dipimpin oleh Kabag Humas Kementerian Pertanian dan sebagai pembicara adalah Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menjelaskan secara gamblang tentang serangga predator Paederus. Kumbang Paederus yang termasuk dalam genus Paederus adalah serangga yang termasuk dalam keluarga Staphylinidae (kumbang pengembara), ordo Coleoptera. Genus Paederus memiliki hampir 600 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Kumbang Paederus adalah predator dari serangga hama di daerah persawahan. Telur Paederus diletakkan secara tunggal di habitat yang lembab, seperti di sawah/rawa atau semak belukar. Larva melewati dua instar sebelum membentuk pupa. Pada fase larva, kumbang Paederus berkembang di daerah lembab seperti rawa-rawa, lahan pertanian beririgasi dan lahan basah. Larva biasanya memakan ganggang, serangga kecil dan tumbuhan serta hewan yang membusuk yang ditemukan di habitatnya. Serangga Paederus/Tomcat adalah predator serangga hama dan sering ditemukan pada siang hari untuk mencari mangsa atau beristirahat pada pertanaman. Serangga ini merupakan sahabat petani untuk mengusir dan memakan jenis kutu dan serangga hama pada tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah kacang hijau dan tanaman sayuran. Ukuran tubuh kumbang ini kecil kurang lebih 0,8 -1 cm. Serangga ini memiliki warna tubuh oranye gelap, kepala dan perut berwarna hitam. Kumbang dewasa dapat hidup selama beberapa bulan dan menghasilkan dua atau lebih generasi per tahun. Pada malam yang cerah, sumber cahaya dapat menarik kumbang dewasa dari habitatnya. Kumbang Paederus dapat terbang dalam jumlah besar pada malam hari yang hangat, terutama setelah hujan lebat.
Populasi kumbang meningkat pada akhir musim hujan dan kemudian dengan cepat berkurang setelah cuaca kering. Populasi Paederus yang meningkat dikaitkan dengan musim hujan dan fenomena elnino. Perubahan ekosistem dan musim diduga sebagai pemicu utama berkembangnya Paederus. Kumbang ini tidak perlu ditakuti namun perlu diwaspadai karena mereka dapat mengeluarkan toksin (racun). Toksin dapat dikeluarkan apabila serangga ini terusik melalui pukulan, gerakan yang menyakitkan, sebagai bentuk pembelaan diri. Toksin yang dihasilkan disebut pederin yang dapat menyebabkan iritasi kulit. Kontak pederin dengan kulit manusia menyebabkan bengkak/melepuh. Serangga ini adalah serangga predator teman petani dalam mengendalikan hama, bukan merupakan serangga yang membahayakan manusia. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan kepada masyarakat tentang status dan peran serangga Paederus ini dalam ekosistem pertanian secara benar. Serangga Tomcat tidak akan menggangu manusia apabila tidak terusik, di pukul atau ditepis oleh manusia.
Informasi yang akurat kepada masyarakat melalui media massa, koran dan TV (sebagai layanan masyarakat, running teks yang di tayangkan berulang-ulang) serta brosur yang disebarkan kepada masyarakat merupakan sarana yang tepat untuk penyampaian informasi. Siapa yang harus menjelaskan dan berperan sebagai nara sumber? Tentunya para ahli pertanian di daerah dan pusat, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) yang tersebar di Indonesia dapat di diberdayakan dan berperan aktif sebagai nara sumber.Dalam rangka menindaklanjuti isu-isu negatif terkait di sektor pertanian yang bersumber dari media massa (cetak dan elektronik/TV), Kementerian Pertanian menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) untuk menyikapi dan menyusun strategi kehumasan dalam upaya merespon isu-isu terkini, misalnya serangga predator Paederus spp. atau lebih di kenal di media massa sebagai TOMCAT.
Focus Group Discussion Tomcat Kementerian Pertanian 5 April 2012: Direktur Perlindungan Tanaman Pangan saat memberikan presentasi Tomcat.