
Ubikayu, kacang tanah, dan kedelai merupakan tiga komoditas palawija setelah jagung yang banyak dibutuhkan masyarakat Indonesia untuk bahan pangan, pakan, maupun aneka industri. Hingga kini, produksi dalam negeri ketiga komoditas tersebut belum mencukupi kebutuhan nasional, sehingga sebagian masih dipenuhi dari impor. Peningkatan produksi ubikayu, kedelai dan kacang tanah dapat ditempuh melalui dua sumber pertumbuhan utama yaitu perbaikan produktivitas dan pengembangan areal tanam. Rata-rata produktivitas nasional untuk ketiga komoditas tersebut masih rendah, berturut-turut sekitar 19 ton/ha, 1,4 ton/ha, dan 1,2 ton/ha, sedangkan areal panen nasional sekarang untuk ubikayu 1,2 juta hektar, kedelai 0,68 juta hektar, dan kacang tanah 0,61 juta hektar. Pengembangan areal tanam sebagai sumber pertumbuhan produksi di luar Jawa merupakan upaya strategis untuk mempercepat peningkatan produksi ketiga komoditas tersebut, khususnya pada lahan kering masam, karena jenis lahan ini tersedia sangat luas, yakni sekitar 18 juta hektar yang sesuai untuk tanaman pangan. Meskipun tersedia sangat luas, namun lahan kering masam produktivitasnya rendah karena kurang atau tidak subur yang umumnya disebabkan oleh kandungan Al dapat ditukar dalam jumlah tinggi yang dapat meracuni tanaman dan mengganggu penyerapan hara, miskin hara (terutama N, P, K, Ca, dan Mg), miskin bahan organik dan mikrobia yang penting dalam penyediaan hara. Perbaikan kesuburan tanah merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas lahan kering masam, diantaranya melalui pemupukan (anorganik dan/atau organik). Dalam memupuk tanaman, hingga kini pada umumnya petani masih mengandalkan pada penggunaan pupuk anorganik buatan pabrik yang harganya cenderung terus meningkat, dan seringkali sulit diperoleh. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas adalah penggunaan pupuk organik. Peningkatkan penggunaan pupuk organik selain mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik buatan pabrik, juga dimaksudkan untuk memperbaiki lahan-lahan pertanian yang terbukti telah banyak mengalami kemunduran kesuburannya karena kandungan bahan organiknya sangat rendah, yakni kandungan C-organik kurang dari 2 %. Pupuk organik yang umum digunakan adalah pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, limbah pertanian, serta limbah rumah/kota dan industri. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani dalam penggunaan pupuk organik, adalah sangat banyaknya jumlah pupuk yang harus disediakan dan diangkut ke lahan, sehingga banyak membutuhkan tenaga dan biaya. Pengadaan dan pengangkutan pupuk organik dalam jumlah besar akan bermasalah bagi daerah-daerah lahan kering masam yang umumnya banyak dijumpai di luar Jawa karena relatif kekurangan tenaga kerja dan kurang memadainya infrastruktur. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka diperlukan pembuatan dan pengembangan pupuk organik yang lebih banyak mengandung hara agar jumlah pupuk organik yang diperlukan lebih sedikit. Pupuk “SANTAP-M” dibuat dari bahan baku yang di beberapa provinsi tersedia cukup banyak/mudah diperoleh atau dapat didatangkan. Bahan baku pupuk organik tersebut adalah: kotoran sapi (48%), kotoran ayam (20%), batuan fosfat (15%), abu ketel pabrik gula (15%), dan Urea 2%. Hasil analisis kimia/kandungan unsur hara pupuk “SANTAP-M” bervariasi, tentunya sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan bakunya. Hasil analisis kimia pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” tertera pada Tabel 1. Keunggulan pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” pada lahan kering masam adalah sebagai berikut:
Keefektifan Pupuk “SANTAP-M”
Pada kedelai Pada lahan kering Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur) menunjukan bahwa 1,5 t/ha pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” efektif mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil biji kering kedelai (Tabel 2, Tabel 3, dan Gambar 1). Gambar 1. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kedelai (Wilis) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur. Pada lokasi yang sama dengan kedelai, yaitu pada lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur), pupuk organik kaya hara “SANTAP-M” pada takaran 1,5 t/ha juga efektif dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Tabel 4 dan Gambar 2). Untuk ubi kayu pada lahan kering masam, agar pengaruhnya optimal, pupuk “SANTAP-M” diberikan dengan takaran 2,5 t/ha dikombinasikan dengan 150 kg Urea + 100 kg SP-36 + 50 kg KCl/ha (Tabel 5 dan Gambar 3). Pupuk “SANTAP-M” dapat diberikan secara tugal berjarak sekitar 5 cm di samping lubang tanam atau dalam alur berjarak sekitar 5 cm di samping barisan tanaman bersamaan tanam atau hingga tanaman berumur 7 hari setelah tanam (0-7 hst). Pada pertanaman yang berjarak tanam 40 cm x 15 cm (jumlah rumpun sekitar 166.000/ha), dengan takaran 1.500 kg/ha, maka pada setiap lubang tugal pupuk diberi sekitar 9 gram dengan menggunakan sendok makan, atau setiap meter alur diaplikasi sekitar 60 gram “SANTAP-M” (sekitar satu genggam orang dewasa). Pupuk diberikan dalam lubang tugal berjarak sekitar 7,5 – 10 cm di samping tanaman pada saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam. Untuk takaran 2.500 kg/ha “SANTAP-M”, dengan jarak tanam ubi kayu 100 cm x 80 cm (populasi sekitar 12.500 tanaman/ha), maka untuk setiap tanaman dipupuk 200 g
Pupuk Organik Kaya Hara “SANTAP-M”
Keunggulan Pupuk Organik Kaya Hara “SANTAP-M”
Pada Kacang Tanah
Gambar 2. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah (Jerapah) pada lahan kering masam (Podsolik Merah-Kuning) di Lampung Timur.
Pada Ubi Kayu
Gambar 3. Pengaruh pupuk SANTAP-M+ terhadap pertumbuhan ubi kayu (UJ-3) umur 3 bulan pada lahan kering masam Podsolik Merah-Kuning di Sukadana (Lampung Timur).
Cara Aplikasi “SANTAP-M”
Untuk Kedelai dan Kacang Tanah
Untuk Ubi Kayu
ram. Sub / EY