Kacang tanah sensitif terhadap pengaruh salinitas, dengan batas kritis nilai daya hantar listrik (DHL) 3,2 dS/m. Pada DHL sekitar 5 dS/m, terjadi penurunan hasil 50%. Pada tanah dengan DHL tinggi umumnya mengandung unsur Na tinggi yang bersifat toksik bagi tanaman. Akibat kedua faktor tersebut adalah banyak tanaman mati dan pembentukan polong terhambat sehingga hasil turun. DHL dan Na yang tinggi juga menghambat penyerapan unsur N, P, K dan Ca sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman.
Fase kritis tanaman kacang tanah terhadap cekaman salinitas adalah fase perkecambahan, berbunga dan perkembangan biji. Dengan demikian, varietas kacang tanah yang sesuai untuk lahan salin adalah yang tahan sejak fase perkecambahan hingga perkembangan biji. Tersedianya varietas yang tahan menjadi kunci sukses budi daya kacang tanah pada lahan salin.
Pada tahun 2017, dilakukan pengujian terhadap 11 varietas unggul kacang tanah, yaitu Singa, Bison, Jerapah, Kancil, Talam 1, Talam 2, Talam 3, Takar 1, Takar 2, HypoMa 1, dan HypoMa 2. Dari 11 varietas tersebut, hanya Singa yang termasuk tipe Valencia dan 10 lainnya termasuk tipe Spanish. Pengujian dilaksanakan pada lahan sawah salin di Desa Gesikharjo, Kec. Palang, Kab. Tuban (6o54’ 19.5196” S; 112o8’17.79472” E; 4 m dpl), sekitar 0,5 km dari tepi laut. Kacang tanah ditanam pada musim tanam (MT) ke-3 setelah padi, jarak tanam 30 cm x 15 cm, 2 tanaman/rumpun, dosis pupuk 150 kg/ha Phonska, 100 kg SP36/ha dan 5 t/ha pupuk organik. DHL tanah pada padi MT-1 antara 8 dS/m hingga 12 dS/m. DHL diukur di lapangan menggunakan portable EC meter.
DHL tanah selama pertumbuhan kacang tanah 7 dS/m hingga 15 dS/m. Pengairan dilakukan sebanyak 7 kali, yaitu setelah tanam, umur 15 hari, 35 hari, 43 hari, 50 hari, 60 hari, dan 90 hari atau 2 hari menjelang panen, menggunakan air sumur di lokasi pengujian dengan DHL 4-5,8 dS/m. Selama pertumbuhan tanaman tidak terjadi hujan, yang berarti antara umur 60 hari hingga 90 hari berpeluang terjadi cekaman kekeringan. Dengan demikian terjadi dua cekaman sekaligus, yaitu cekaman salinitas dan cekaman kekeringan, dan kedua cekaman tersebut menurunkan hasil. Pada kondisi demikian, semua varietas yang ditanam mampu tumbuh dan bertahan hidup hingga panen, tetapi dengan tingkat ketahanan yang beragam (Gambar 1).
Indeks Kandungan Klorofil (IKK) varietas Talam 3 pada umur 60 hari tertinggi, sedangkan varietas lainnya relatif sama. Pada umur 80 hari, varietas Singa dan Takar 1 mempunyai IKK tertinggi yaitu 35, varietas lainnya 25−30 kecuali varietas HypoMa 2 paling rendah (IKK=22) (Tabel 1). Semakin tinggi nilai IKK menunjukkan semakin tinggi kandungan klorofil daun, yang berarti daun lebih hijau (Gambar 2). Varietas dengan nilai IKK lebih tinggi berpeluang lebih tahan dibandingkan yang mempunyai IKK lebih rendah. Meskipun demikian, data IKK tersebut harus didukung data populasi tanaman dan hasil agar dapat membedakan tingkat ketahanan antar varietas, karena IKK diukur dari tanaman yang masih hidup dan tingkat hijau daun normal masing-masing varietas tidak sama. Selain itu, pada umur 80 hari sebagian besar varietas sudah pada tahap masak fisiologis.
![]() Varietas Singa |
![]() Varietas Bison |
![]() Varietas Jerapah |
![]() Varietas Kancil |
![]() Varietas Talam 1 |
![]() Varietas Talam 2 |
![]() Varietas Talam 3 |
![]() Varietas HypoMa 1 |
![]() Varietas HypoMa 2 |
![]() Varietas Takar 1 |
![]() Varietas Takar 2 |
Gambar 1. Keragaan pertumbuhan 11 varietas kacang tanah umur 86 hari di lahan salin Tuban pada musim tanam Juli-Oktober 2017.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
IKK=21,1 | IKK=28,1 | IKK=30,2 | IKK=37,6 |
Gambar 2. Visualisasi hubungan nilai Indeks Kandungan Klorofil (IKK, diukur dengan Cholophyl meter SPAD-502) dengan tingkat kehijauan daun kacang tanah.
Populasi tanaman saat panen mencerminkan kemampuan suatu varietas bertahan hidup pada lingkungan salin, dan merupakan faktor yang turut menentukan tingkat hasil. Populasi tanaman saat panen pada varietas Singa dan Bison masih 100%, artinya tidak ada yang mati. Populasi varietas Kancil dan Jerapah masih 80%, yang berarti tingkat kematiannya 20%. Populasi varietas Talam 2, Talam 1 dan HypoMa 2 sekitar 60-65%, yang berarti tingkat kematiannya 35-40%. Populasi varietas Takar 1, Takar 2, Talam 3 tersisa 50%, dan HypoMa 1 hanya 30% (Tabel 1). Kematian tanaman terjadi sejak tanaman berumur 45 hari.
Tabel 1. Keragaan 11 Varietas kacang tanah pada lahan salin di Tuban pada musim tanam Juli-Oktober 2017.
Varietas | IKK
umur 60 hari 2) |
IKK
umur 80 hari |
Populasi
tanaman saat panen (%)1) |
Bobot polong
basah (t/ha)3) |
Bobot polong
kering (t/ha)4) |
Singa | 30 | 35 | 100 | 5,3 | 2,9 |
Bison | 30 | 25 | 100 | 4,1 | 2,3 |
Kancil | 30 | 30 | 80 | 4,8 | 2,6 |
Jerapah | 30 | 25 | 80 | 3,8 | 2,1 |
Talam 1 | 30 | 30 | 65 | 2,6 | 1,4 |
Talam 2 | 30 | 30 | 65 | 3,2 | 1,8 |
Talam 3 | 35 | 25 | 50 | 1,6 | 0,9 |
HypoMa 1 | 30 | 25 | 30 | 1,5 | 0,8 |
HypoMa 2 | 30 | 22 | 60 | 2,5 | 1,4 |
Takar 1 | 30 | 35 | 50 | 2,0 | 1,1 |
Takar 2 | 30 | 30 | 50 | 3,1 | 1,7 |
Keretangan:
1)Persentase terhadap populasi tanaman awal setelah penjarangan (444.444 tanaman/ha).
2)IKK = Indeks kandunga klorofil daun.
3)Panen pada umur 90 hari.
4)Konversi dari polong basah ke polong kering 55% (secara umum 55-70%).
Dari 11 varietas yang diuji, ada empat varietas dengan hasil tinggi yaitu Singa, Kancil, Bison dan Jerapah dengan tingkat hasil 4−5 t/ha polong basah atau setara 2−3 t/ha polong kering. Varietas Talam 1, Talam 2, HypoMa 2, dan Takar 2 dengan tingkat hasil 2,5−3 t/ha polong basah atau setara 1,4−1,8 t/ha polong kering. Varietas dengan hasil terendah adalah HypoMa 1, Talam 3 dan Takar 1 (Tabel 1).
Ditinjau dari persentase penurunan hasil terhadap hasil tertinggi yang pernah dicapai dan terhadap potensi hasil (hasil yang tercantum dalam deskripsi varietas), penurunan hasil terendah terdapat pada varietas Singa dan Kancil, diikuti Jerapah dan Bison. Penurunan hasil varietas lainnya (Talam 1, Talam 2, Talam 3, HypoMa 1, HypoMa 2, Takar 1 dan Takar 2) >60% (Tabel 2). Varietas Singa termasuk tipe Valensia sedangkan varietas lainnya tipe Spanish. Secara umum, tipe Valensia lebih tahan salinitas dibandingkan tipe Spanish karena kemampuannya menyerap K lebih tinggi dan klorofil tidak mudah rusak.
Tabel 2. Penurunan hasil 11 varietas kacang tanah pada lahan salin di Tuban pada musim tanam Juli-Oktober 2017.
Varietas | Bobot polong kering (t/ha) | Persentase penurunan hasil pada lahan salin (%) | |||
Lahan salin | KP
Muneng tahun 2016 |
Potensi
(dari deskripsi) |
Terhadap
hasil di KP Muneng |
Terhadap
Potensi lain |
|
Singa | 2,9 | 3,4 | 4,5 | 14,3 | 35,2 |
Bison | 2,3 | 4,7 | 3,6 | 52,0 | 37,4 |
Kancil | 2,6 | 4,2 | 2,4 | 37,1 | 0,0 |
Jerapah | 2,1 | 3,4 | 4,0 | 38,5 | 47,8 |
Talam 1 | 1,4 | 5,6 | 3,2 | 74,5 | 55,3 |
Talam 2 | 1,8 | 5,0 | 4,0 | 64,8 | 56,0 |
Talam 3 | 0,9 | 6,2 | 3,7 | 85,8 | 76,2 |
HypoMa 1 | 0,8 | 3,7 | 3,7 | 77,7 | 77,7 |
HypoMa 2 | 1,4 | 5,9 | 3,5 | 76,7 | 60,7 |
Takar 1 | 1,1 | 4,7 | 4,3 | 76,6 | 74,4 |
Takar 2 | 1,7 | 5,7 | 3,8 | 70,1 | 55,1 |
Berdasarkan parameter-parameter tersebut di atas, maka varietas yang adaptif dan dapat dianjurkan untuk ditanam pada lahan salin adalah varietas Singa, Bison, Kancil dan Jerapah. Budi daya kacang tanah pada lahan salin dengan keempat varietas tersebut mempunyai peluang keberhasilan yang tinggi. Alternatif varietas lainnya adalah varietas Talam 1, Talam 2, HypoMa 2 dan Takar 2, meskipun dengan tingkat hasil yang lebih rendah.
Abdullah Taufiq